Minggu, 20 Desember 2009

puisipuisipuisi

Asa yg terbunuh

Pada baris dan bait puisi yang ku tulis,
akan kau kenal dengan baik kepedihanku,
bagaimana kesunyian dan kesendirian memecah hati
sewaktu hujan menumpas malam sampai bulan tenggelam
kau menggali lukaku sedalam sayat langit perih,
aku merindui senyum bulan tua,
kenapa kau begitu tega membunuhnya dengan awan kelabu
sehingga malam selalu hitam
ketika kujatuhkan pilihan hidup padamu
tentang sepucuk cahaya yang aku sebut cinta
kau bunuh semuanya dengan nama pengkhianatan
aku tak pernah menginginkan kau merasakan kepedihan
biarlah ini menjadi harapan dan keinginan yang terbunuh…



sajak terakhir

Sajak terakhir menyudahi segalanya,
Lalu ku kumpulkan senja demi senja di hatiku
Seperti daun-daun yang jatuh dari ranting,
Sajak terakhir membakar kertas cerita kita
Pada api yang menjadikannya abu…
Pungguk pada bulan yang dirindui,
Bagai kerinduan bunga pada taman-taman…
Sajak terakhir membawaku pergi
Lalu kusudahi langkah dan ucapku disana,
Seperti kau yang lebih dulu berdiam dalam kata
Sajak terakhir menutup senja di halaman,
Lalu pergi, tak ada lagi semuanya…


puisi diambil dari: kata-kata indah para pujangga

2 komentar:

  1. duh duh puisinya menyentuh hati, tapi hati yang mana nya,hehe aku tak tau

    BalasHapus
  2. hihi....hatiku hanya satu tan, tak akan ada cinta yg lain, ku pastikan cintaku hanya untuk...:)

    BalasHapus